Rabu, 30 Januari 2019

Berlari Bersama

Terkadang kita merasa ingin menyerah disuatu kondisi, merasa kalau kita tidak mampu lagi menghadapinya dan sebaiknya pergi meninggalkan segalanya, bahkan orang yang tidak bersalah sekali pun.

Lalu, perlahan itu seperti menyiksa diri. Sejauh kita berlari, perasaan menghantui itu terus menghampiri, kita tidak bisa berbohong, kita tidak bisa kabur dari orang yang selalu mengisi hari-hari kita.

Hingga akhirnya kita mencari sesuatu yang baru, dengan harap yang baru itu dapat menggantikan apa yang telah ditinggalkan, berpura-pura bahagia dengan menunjukkan kepada dunia, terutama orang-orang yang ditinggalkan bahwasanya kita sudah berbahagia, tanpa mereka.

Tapi semakin kita berlari, semakin banyak kebahagiaan yang harusnya terlewatkan bersama mereka. Rasanya perlahan menjadi sebuah hampa, perlarian itu akan menjadi hampa.

Kemudian rasanya menjadi malu, jangankan untuk kembali, untuk menoleh ke belakang pun rasanya sangat malu.

Perlahan, tersadar, lari itu tidak akan menyelesaikan apa-apa, terlebih lari sendirian, bagaimana jika kita lari bersama-sama? Lari menghadapi permasalahan itu? Bertukar pikiran, mencari jalan, pasti ada, in sya Allah ada.

Bukankah Allah telah memberikan kesulitan beserta kemudahan? Bukankah Allah telah memberikan permasalahan beserta solusinya? Lalu, kenapa kita merasa semua tidak bisa terselesaikan? Merasa semua harus ditinggalkan dengan berlari sekencang-kencangnya?

Padahal dunia ini tidak luput dari satu masalah ke masalah lainnya.

Dan bukanlah ada pelajaran masa lalu yang harusnya dipetik dan diambil hikmahnya?

Mungkin sisanya, tinggal kesadaran kita untuk bersikap, dengan bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar